Pokok Bahasan : Pengertian Filsafat Kata filsafat berasal dari bahasa latin atau bahasa Yunani kuno “philosophia”. Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love), dan kata Sophia yang berarti kearifan atau kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologis kata philosophia berarti cinta pada kearifan atau kebijaksanaan (love of wisdom). Dalam bahasa Arab “falsafah”, yang kemudian menjadi istilah bahasa Indonesia : filsafat. Seorang pecinta atau ahli filsafat disebut filsuf atau filosof. Kata filsafat untuk pertama kali dipergunakan oleh Phytagoras (582-496 SM), akan tetapi dalam pengertian yang masih samar. Pada jaman Yunan filsafat dianggap induk dari segala ilmu. Filsafat mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti : ilmu jiwa (psylogia), ilmu pemikiran (logica), ilmu alam (physica), ilmu kesusilaan (ethica), ilmu politik (pholitica), ilmu pasti (mathematica), ilmu sastera (poethica), dll. Sehingga waktu itu seorang filsuf memiliki keahlian berbagai ilmu. Walaupun seringkali philosof-philosof itu memiliki keahlian yang mendalam secara khusus dalam cabang ilmu tertentu. Seperti Phythagoras ahli ilmu matematika dan geophisica. Herodotus dan Thucydides ahli Sejarah (historia), Archimides ahli phisica dan matematika.dll. Pengertian filsafat kemudian dikembangkan oleh para ahli pada decade berikutnya. Sehingga pengertian filsafat pada jaman Yunani kuno berbeda dengan filsafat dewasa ini. Beberapa contoh definisi filsafat di sampaikan beberapa ahli antara lain : 1. Plato (427-347 SM). Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. 2. Aristoteles (348-322 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang antara lain meliputi : logica, phisica, metaphisica, tecnologia. 3. Immanuel Kant (1724-1804 M) Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang pokok pangkal kehidupan dan kesemestaan. 4. Betrand Russel (1872-1970 M) Filsafat adalah suatu (hasil pemikiran manusia) yang terletak di antara theologies (ilmu agama/Ketuhanan) dengan ilmu pengetahuan, dan terletak antara keyakinan dan ilmu keduniawian. 5. Driyarkara N. Filsafat adalah perenungan manusia berkenaan masalah-masalah yang paling awal sampai pada yang paling penghabisan. 6. Notonegoro Filsafat adalah penelaahan tentang sesuatu secara esensial dan mendalam/mendasar untuk menemukan kebenaran yang hakiki. 7. W.J.van der Meulen SJ. Filsafat adalah perenungan sampai ke taraf yang paling dalam tentang gejala-gejala alam dan kehidupan. 8. The Liang Gie Filsafat adalah konsep dasar tentang pemikiran manusia berkenaan dengan dunia (semesta) dan kehidupan. Pertemuan II Pokok Bahasan : Memahami Makna Filsafat Sejarah Sekurang-kurangnya ada tiga kesimpulan dasar yang harus difahami sebagai langkah awal memahami filsafat, terutama dalam kaitannya memahami makna filsafat sejarah. Pertama : Pada awal kelahirannya (jaman Yunan kuno) filsafat merupakan semua hasil akal pikir manusia tentang kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan pengetahuan. Dengan demikian philosofis juga merupakan induk dari historia (ilmu sejarah). Kedua : Setelah mengalami proses perkembangan yang sangat panjang, filsafat berbeda dengan awal keberadaannya. Saat ini filsafat merupakan bidang pengkajian yang terpisah dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain. Bila ilmu merupakan hasil aktivitas akal yang dimanfaatkan secara aplikatif untuk keperluan hidup sehari-hari, maka filsafat merupakan hasil perenungan yang lebih mendasar dan mendalam tentang kehidupan. Filsafat dianggap bersifat metafisi dan irrasional serta untuk memberi kearifan dan kebijaksanaan kepada manusia. Filsafat sejarah merupakan perenungan tentang hakekat kejadian dan ilmu sejarah. Ketiga : Pada dewasa ini pengertian filsafat sering diidentikkan dengan pengertian Wetanschaung, Way of Life. Di Indonesia kedua istilah itu diterjemahkan : pandangan hidup, pegangan hidup, ideology, keyakinan, dll. Filsafat merupakan suatu konsep yang menyeluruh tentang alam semesta, hidup, dan kehidupan. Filsafat dijadikan manusia baik secara kolektif maupun secara individual didalam berbuat, bertindak, bersikap dan berperilaku serta didalam menghadapi dan memecahkan permasalahan hidupnya. Filsafat sejarah diharapkan dapat memberikan kebijaksanaan dan kearifan dalam memahami dan menginterpretasikan sejarah masa lampau serta dalam berbuat berperilaku untuk menyongsong sejarah yang akan datang. Pertemuan III & IV Pokok Bahasan : Timbulnya Filsafat Ada empat fungsi dan tujuan manusia yang paling pokok : Pertama : Memenuhi Kebutuhan Primer Manusia yang tingkat hidupnya masih sederhana kebutuhan primer itu terbatas pada kebutuhan makan-minum, sandang dan tempat tinggal. Tetapi pada masyarakat yang telah berkembang maju, kebutuhan primer makin bertambah pula, meliputi kebutuhan pendidikan, kesehatan dan kebutuhan spiritual termasuk kepuasan rokhani dan hiburan. Kedua : Mempertahankan Survivalitas Mempertahankan kelanggengan, kelestarian secara regeneratif atau turun-temurun. Eksistensi hidup manusia harus dipertahankan sampai pada saatnya, seluruh kehidupan di permukaan bumi ini berakhir secara total. Ketiga : Mengatasi dan mengantipasi semua tantangan dan kendala hidup yang dihadapinya. Tantangan hidup itu mula-mula bersifat alamiah seperti bencana alam. Tetapi kemudian juga tantangan yang timbul akibat perbuatan perilaku manusia sendiri. Keempat : Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Fungsi dan tujuan keempat ini secara khusus hanya ada pada manusia sebagai makhluk berakal. Oleh karena itu kehidupan manusia menjadi dinamis berbeda dengan makhluk lain yang statis. Dalam memenuhi keempat fungsi dan tujuan itu, manusia menggunakan kemampuannya secara bertahap : Tahap Pertama : Menggunakan indra, terutama mata atau penglihatan Setiap waktu dari jam ke jam, dari hari ke hari, tahun ke tahun manusia mengamati dan menyaksikan berbagai kejadian-kejadian dan gejala yang ada pada kehidupan dan lingkungan alam sekitarnya. Manusia melihat matahari yang terbit dari ufuk timur dan kemudian menerangi bumi. Setelah tenggelam untuk jangka waktu yang hampir sama, ia muncul kembali untuk melakukan hal yang sama. Kejadian ini berulang terus menerus secara konsisten sehingga menjadi kelanggengan, terjadinya siang dan malam. Hal yang sama terjadi pada berbagai gejala. Benda-benda yang selalu jatuh dari atas ke bawah, air yang selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, benda-benda yang sangat jauh seperti gunung dan langit yang nampak biru, benda-benda yang jauh dari mata makin kecil dan akhirnya lenyap dari penglihatan. Dan beberapa pengalaman-pengalaman lain yang diperoleh manusia dalam hidupnya. Dari hidup yang berkepanjangan manusia mendapat pengalaman. Dari akumulasi pengalaman hidup itu, sebagian pengalaman-pengalaman yang dianggap substansial, penting dan bermanfaat, kemudian dipelihara-dilestarikan dan diwariskan secara turun-temurun. Substansi pengalaman yang dipelihara dan diwariskan secara regeneratif inilah yang menjadi hakekat pengetahuan (knowledge). Tahap Kedua : Akal atau nalar Manusia sebagai makluk berakal ternyata memiliki pembawaan serba ingin tahu. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah diketahuinya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai makluk yang sifat ingin tahunya terus berkelanjutan. Manusia memiliki : – ingin tahu tentang hal-hal yang belum diketahui – ingin tahu tentang hal-hal yang sudah diketahui, secara lebih mendalam lagi. Mutates-mutadis manusia-manusia tidak puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya sebagai substansi pengalaman yang terpilih. Manusia ingin memahami lebih lanjut tentang proses terjadinya siang-malam, tentang sebab-sebab jatuhnya benda-benda, tentang sebab-sebab air mengalir, tentang gunung-gunung dan langit yang berwarna biru, tentang lenyapnya benda-benda dari penglihatan, tentang musim, banjir, gunung meletus, dsb. Qodisio sine quanon, untuk memperoleh jawaban itu semua manusia harus mempergunakan miliknya yaitu akal, rasio, atau penalaran. Dengan mempergunakan aktivitas akalnya yang sering disertai dengan serangkaian percobaan-percobaan, penelitian akhirnya manusia berhasil memperoleh pemahaman tentang apa yang diinginkan. Tahap Ketiga : Perenungan Dengan akumulasi ilmu yang telah dimilikinya manusia ternyata masih belum merasa puas. Manusia memang makluk yang unik. Tidak sempurna tetapi menyakini adanya kesempurnaan dan berusaha untuk mendapatkan kesempurnaan ilmu yang dimilikinya. Panta Rei, mengalir terus ibarat sungai, keinginan manusia untuk menguak misteri rahasia hidupnya dan lingkungan alam semestanya. Tumpukan dalil, teori, hipotesis, aksioma, dan paradigma ilmu yang telah diketemukan dan dimilikinya justru memacu manusia untuk mempelajari dan memahami kehidupan dan alam semesta pada taraf yang paling dalam dan hakiki. Pada tahap pertama pemahaman tentang kehidupan dan kemestaan diawali dengan pertanyaan : apa dan siapa, dimana dan bagaimana. Jawaban pertanyaan itu diperoleh lewat proses kegiatan dan kemampuan. Substansi hasilnya adalah berbagai dalil kebenaran ilmu tersebut. Pada tahap yang lebih lanjut, manusia mengajukan pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu : mengapa ? Sederet panjang pertanyaan muncul : mengapa terjadi hokum galaksi, mengapa terjadi rotasi dan grafitasi, mengapa terjadi keistimewaan pada sifat partikel air, mengapa ada keterbatasan daya akomodasi pada mata, dan mengapa semua dalil dan hokum kehidupan itu dapat terjadi ? Semua pertanyaan ini memasuki dunia metaphisis. Yaitu dunia di luar yang nampak yang bersifat abstrak dan irrasional. Akal dengan segala aktivitas dan abilitasnya tidak mampu memberi jawaban. Untuk memperoleh jawaban tentang masalah-masalah metaphisis yang bersifat irrasional dan abstrak tersebut manusia harus menggunakan apa yang disebut : perenungan. Dalam konsep dan pengertian Filsafat Ilmu, perenungan diartikan sebagai aktivitas kerokhanian manusia secara lengkap dan total. Dalam perenungan, selain akal terlibat pula unsure-unsur potensi kerokhanian yang lain seperti : immajinasi, naluri, fantasi, fikal, prediksi, nurani (heart of hearts), dsb. Produk atau hasil dari kemampuan totalitas potensi kerokhanian inilah yang dinamakan : Filsafat. Pada fase pertama filasafat menemukan adanya kekuatan atas alam (supernatural) yang ikut mempengaruhi dan menentukan kehidupan dan gejala-gejala alam. Mulai dari perilaku manusia yang paling kecil sampai dengan peristiwa kematiannya. Mulai dari perputaran bumi dan planet-planet beserta satelitnya mengelilingi matahari sampai pada peristiwa gugurnya sehelai daun dari batangnya. Supernatural tersebut diberi bermacam-macam sebutan seperti : hukum hidup, kodrat, nasib, fatum, dharma, pepesten, dll. Dengan sendirinya urusan filsafat tidak terhenti hanya sampai di sini. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh filsafat terus berlanjut : – Apakah hakekat supernatural itu ? – Seberapa jauh peranan supernatural dalam menentukan kehidupan manusia dan keberadaan alam semesta ? – Bagaimana bentuk dan struktur supernatural. Apakah merupakan siklus lingkaran waktu atau buka ? – Apakah peranan supernatural bersifat mutlak dan total atau bersifat terbatas dan parsial – Apakah hakekat manusia itu sendiri sebagai obyek utama supernatural ? Pemahaman masalah-masalah di atas dengan mempergunakan aktivitas dan abilitas perenungan yang dengan sendirinya sering bersifat irrasional dan spekulatif merupakan materi filsafat. Pertemuan V Pengertian Filsafat Sejarah – R.G. Collingwood : Filsafat Sejarah merupakan hasil pemikiran yang mendalam dan mendasar tentang hakekat kehidupan sejarah masa lampau. – W.J. van der Meulen : Filsafat Sejarah adalah pemikiran yang mengkaji ke taraf yang paling mendasar tentang sejarah. – D.C. Mulder : Filsafat Sejarah mempelajari problem-problem yang paling pokok tentang sejarah seperti makna, arti dan tujuan sejarah, makna ilmu sejarah dari filsafat sejarah itu sendiri. – F.R. Ankersmit : Filsafat Sejarah adalah pengkajian struktur dalam yang tersenbunyi dalam arti tidak nampak dalam proses kehidupan sejarah manusia. – Harry Hammersma : Filsafat Sejarah adalah analisis konsep-konsep dasar hakekat sejarah yang hasilnya seringkali bersifat perekaan atau spekulatif. – The Liang Gie : Filsafat Sejarah adalah kajian deskriptif analitis untuk menghasilkan kejelasan dan ketegasan tentang hakekat sejarah. Filsafat Sejarah seringkali dianggap sebagai hasil perpaduan antara filsafat dan sejarah. Sehingga filsafat sejarah memiliki sifat-sifat keduanya, sifat kefilsafatan dan sifat kesejarahan. Oleh karena itu filsafat sejarah bersifat bidimensial. Filsafat Sejarah adalah cabang filsafat untuk disiplin ilmu sejarah. Dari dimensi sejarah, filsafat sejarah merupakan kajian filosofis tentang sejarah. Pertemuan VI & VII Perkembangan Filsafat Sejarah Tahap Pertama Muncul pada masa Yunani Kuno dari seorang sejarawan pertama Herodotus (484-424 SM.). Dalam karyanya : Persian War, sudah menggunakan konsep ilmiah. Dijelaskan bahwa sejarah adalah manifestasi dari perjuangan hidup manusia dalam menggapai tujuan hidup dan kemajuan serta kesejahteraan. Manusia sebagai makluk sejarah yang mampu membuat perubahan. Namun manusia masih terikat pada hukum hidup (fatum,nasib,kodrat, takdir) yang membatasi kebebasan manusia. Pada masa berikutnya muncul pemikiran filsafat sejarah dari Santo Agustinus (354-430 M) tokoh scholastik. Pemikirannya tentang hakekat sejarah dan hakekat manusia sebagai makluk sejarah dikemukakan dalam karya besarnya yang sangat terkenal : De Civitas Dei (Kerajaan Tuhan). Ibnu Khaldun (1332-1406 M) merupakan sejarawan yang menjelaskan sejarah dan manusia sebagai makluk sejarah berdasar dimensi ajaran agama Islam. Dituangkan dalam Al-Muqadimah. Menurutnya manusia merupakan makluk yang paling utama karena memiliki akal. Kehidupan adalah perjuangan manusia dalam usaha untuk memperoleh kepuasan, kebahagiaan dan kesejahteraan. Tahap Kedua Yaitu lahirnya filsafat sejarah formal. Filsafat Sejarah dianggap sudah menunjukkan keberadaannya. Karena pada tahap ini ide-ide dasar dan pokok-pokok pikiran Filsafat sejarah sudah timbul. Tati statusfilsafat sejarah masih dianggap sebagai embrio, karena eksistensinya masih bersifat implicit berada dalam kandungan ilmu sejarah. Berkat jasa Voltaire (1694-1778), Filsafat sejarah dilahirkan kepermukaan dalam perkembangan ilmu. Seperti telah dijelaskan melalui karya Voltaire. Karya besarnya banyak membahas Filsafat Sejarah secara eksplisit dan melahirkan Filsafat Sejarah secara formal dalam bukunya : Essay sur les Moers et Le’sprit de Nations. Pada masa-masa awal setelah kelahirannya, Filsafat Sejarah segera diperkaya dengan pemikiran-pemikiran dan pembahasan mengenai struktur dan siklus perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat manusia, yang dianggap sebagai salah satu substansi Filsafat Sejarah. Tokoh yang memberikan sumbangan adalah George Wilhelm Frederich Hegel (1770-1831), dan Karl Marx (1818-1883), keduanya orang Jerman keturunan Yahudi. Hegel berpendapat bahwa sejarah dimulai pada saat terciptanya masyarakat, diawali dengan terbentuknya keluarga, dan mencapai puncaknva pada saat timbulnya masyarakat negara. Masyarakat pada suatu saat akan mapan dengan kondisi struktur dan sistem yang dimilikinya yang disebut these (tesis, tesa). Dalam tesa timbul unsur unsur kontroversial yang menentangnya, yang akan menjadi matang dan disebut antithese (antitesa). Terjadilah konflik antara tesa dengan antitesa yang akan melahirkan tesa baru yang disebut sintesa (syntese). Dalam sintesa akan timbul pula unsur unsur atau kokuatan kekuatan kontroversial baru. Seperti halnya pada proses sebelumnya, unsur unsur kontroversial itu akan menjadi matang dan menjadi antisintesa. Antara sintesa dengan¬ antisintesa terjadi konflik yang melahirkan sintesa baru. (sin sintesa). Proses konflik atau pertentangan semacam ini menurut Hegel akan merupakan perulangan peristiwa yang torus menerus terjadi atau konsiestan (langgeng). Hegel menyatakan bahwa hakekat sejarah adalah proses perubahan masyarakat sebagai hasil pertentangan yang terus menerus berlangsung. Oleh sebab itu teori Hegel sering disebut teori : gerak pertentangan dialektis yang juga lazim disebut Dialektika Hegel. Konsep dan dasar pemikiran Hegel, ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap tokoh tokoh Filsafat sejarah pada masa masa belikutnya. Karl Marx (1818 1883) yang dijuluki sebagai pelopor aliran sosialisme ilmiyah dianggap sebagai pengikut faham dialektika Hegel. Faham Karl Marx beroriontasi pada asumsi bahwa hakekat sejarah adalah pejuangan manusia dalam memenuhi dan mengejar kebutuhan hidup materinya, terutama kebutuhan primer: makan, sandang dan pemukiman. Oleh karena itu ajaran sejarah Karl Marx sering disebut Historis Materialisme. Konflik antara tesa, dan antitesa, menurut Karl Marx mengejawantah dalam bentuk pertentangan antar kelas sosial. Pertentangan tersebut melalui beberapa tahapan tertentu. Pada tahapan sejarah yang paling tua terjadi pertentangan antara kelas tuan dengan kelas budak. Pada fase berikutnya pada waktu terbentuknya sistern kerajaan, pertentangan kelas terjadi antara golongan Raja dan bangsawan dengan kelas rakyat jelata. Pada tahap ekonomi agraris, petentangan kelas terjadi antara kelas tuan tanah dengan kelas penggarap tanah. Dan pada masa, tirnbulnya masyarakat kapitalisme peltentangan kelas terjadi antara, kelas kapitalis dan kelas proletar. Pertentangan, antara kelas yang menjadi sumber gerak sejarah akan berakhir pada saat terbentuknya masyarakat tanpa kelas yaitu masyarakat sosialis.Teori Hegel dan Karl Marx tersebut sangat besar pengaruhny terhadap para tokoh dan pakar dalam menginterpretasi dan menganalisis masalah sosial dan ekonomi pada masa tersebut. III. Tahap ketiga Yaitu tahap pendewasaan Filsafat sejarah. Tahap ini terjadi pada pertengahan kedua abad kesembilan belas sampai awal abad kedua puluh yang sangat diilhami oleh pemikiran pemikiran Hegel dan Kad Max.Pada dekade ini Filfat sejarah mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan munculnya maestro maestro yang dijuluki dewa dewa Filsafat sejarah seperti J.G. Herder, Immanuel Kant JA Fichte, dll. Menurut para maestro atau para pakar besar ini, historiografi yang mulai berkembang pesat dibawah pimpim B.G. Niebuhr dan L.Von Ranke akan turun nilainya bila tidak disertai dengan analisis sejarah yang lebih mendasar dan filosophis. Menurut mereka sejarah sejati adalah sejarah yang dibangun atas dasar pemikiran yang mendasar dan hakiki berdasar Filsafat Searah. Berkat jasa jasa maestro maestro Filsafat sejarah tersebut dilengkapi dengah karya karya akar Filsafat sejarah yang lebih rendah tingkatannya. Filsafat sejarah mencapai status dan kemandirian yang sejajar dengan disiplin-¬disiplin ilmu dan cabang cabang filsafat yang lain. IV. Tahap Keempat. Tahap ini untuk sementara dianggap sebagai tahap terakhirporkembangan Filsdat sejarah dan taijadi pada pertengahan abad keduapuluh sampai sekarang. Pada dekade. ini Muncul spesialis spesialis Filsafat sejarah yang menguji kepastian ilmu sejarah dan menganalisis pemahaman sejarah dengan pemikiran philosofie dibawah pimpinan W.Dilthey, R.Rickert, B.Crose, R.G.Collingwood. H.Meyerhoff, dan lain lain. Sejumlah besar pakar filsafat sejarah tampil dengan sebuah atau beberapa buah karya filsafat sejarahnya. Sebagian dari karya mereka bermuatan penuh masalah-masalah Filsafat sejarah, Sedang sebagian menyinggung hal hal yang menjadi kawasan atau ruang lingkup Filsafat sejarah. Pakar pakar Filsafat sejarah tersebut antara lain : H.Butterffield, E.H. Carr, W.H.Dray; William A Dunning; A.P.Fell; R.Ffint: P.Gardiner; L.Gottschalk; H.J.Muller; R.H.Nash; B.Norling; F.Nietzche; P.Geyl; S.Pollard; A.L.Rowse; P.Schrecker; P.Smith; F.Stern; T.R. Tholfsen; A.J.Toynbee; P.Sorokin; O.Spengler; P.G. Walsh: W.H.Walsh; D.Bebbington; D.C.Mulder; d1l. Pada dewasa ini bagi para peminat Filsafat sejarah, dapat dikatakan tersedia referensi Filsafat Sejarah dalam jumlah yang sangat besar. Referensi itu hampir tidak akan ada habis habisnya untuk dibaca dan dikaji. Perlu diketahui bahwa pada dekade dekade awal perkembangannya, filsafat sejarah mengalami tantangan berat dari Ilmu Sejarah. Maestro maestro filsafat sejarah seperti Immanuel Kant, J.G.Herder dan Fichte menyatakan pendapatnya hahwa Sejarah akan dapat menunjukkan jati dirinya bila dibangun atas dasar perenungan yang sangat mendasar melalui filsafat sejarah. Sebaliknya sejarawan sejarawan besar membalasnya dengan pernyataan bahwa sejarah sebagai ilmu dapat jatuh martabatnya bila berhubungan dengan filsafat. B.G.Niebuhr dan Leopold von Ranke tokoh tokoh besar historiografi abad 19 menyatakan bahwa filsafat akan membuat sejarah menjadi dimoralkan sehingga sajarah yang seharusnya realistis menjadi abstrak dan irrasional. Bahkan sejarawan besar dari Jerman Leopold von Ranke (1795 1886) yang sering diberi julukan Bapak historiografi modern menganjurkan, agar para sejarawan hanya menulis apa yang sesungguhnya terjadi sehingga sejarah tetap bersifat obyektif. Menurut L.von Ranke filsafat itu abstrak dan spekulatif menurutnya, sejarah berbicaa tentang kehidupan manusia (kelompok masyarakat) yang dibatasi ruang dan waktu. Sebaliknya filsafat berbicara tentahg pengertian (konsep) manusia secara umum berdasakan fiksi dan angan angan. Masa masa perselisihan antara ilmu sejarah dan historiografi dengan filsafat sejarah ternyata tidak krusial dan berlarut-larut. Secara alami keduanya tetap survive. Bahkan pada dewasa ini keduanya dapat bekerjasama dengan saling bahu membahu, saling isi mengisi dan saling melengkapi. Pertemuan VIII Mid Semester Pertemuan IX & X Pokok Materi Filsafat Sejarah Mengadaptasi dan mengimplikasi uraian dan pembahasan tentang llmu Sejarah dan Filsafat Sejarah terdahulu maka ada dua hal yang perlu digaris bawahi. Berkenaan dengan usaha untuk memahami isi atau materi Filsafat Sejarah. Pertama Ilmu Sejarah merekonstruksi secara sistimatis dan kausal bagian-bagian penting peristiwa masa lampau (past event) yang terdiri dari tiga unsur dasar: manusia, ruang dan waktu. Sedang Filsafat Sejarah mengungkap masalah masalah pada taraf yang lebih mendalam dan mendasar yang tidak nampak dan tidak faktual, serta fidak-dipresentasikan Ilmu Sejarah. Masalah masalah yang dibahas dan dianalisis Filsafat Sajarah adalah masalah masalah yang bersifat metaphisis, supernatural dan irrasional. Masalah masalah itu misalnya struktur dalam (inner structure) dan kekuatan yang menjadi sumber peruubahan yang terjadi dalam sejarah. Kedua Bahwa Filsafat Sejarah muncul dan lahir atas ketidakpuasan manusia terhadap keterbatasan, Ilmu Sejarah. Ilmu Sejarah dianggap tidak mampu memahami dan membuat analis tentang masalah masalah yang lebih hakiki dalam kehidupan manusia. Untuk memberi gambaran yang lebih realistis, dibawah ini disajikan kemampuan Ilmu Sejarah menampilkan salah satu moment penting dalam Sejarah Nasional Indonesia yaitu Peristiwa sekitar proklamasi 17 Agustuas 1945. Petistiwa sekitar proklamasi 17 Agustus 1945. mcnampilkan tiga unsure dasar yang terpadu secara integral (menyaturaga) dalam event sejarah yaitu manusia, ruang dan waktu. 1. Unsur manusia. Sejumlah tokoh tokoh yang terlibat dan berperan dalam peristiwa sekitar proklamasi 17 Agustus 1945, antara lain: Sukarno, Moh.Hatta,, Ch.Anwar, Sukrani, BM.Diah, Asmara Hadi, Wikana, Sudiro, Adam Malik, SK.Trimurti, Pandu K., Maeda, Nishimura, Miyoshi, Sayuti Malik, Buntaran, A.A.Maramis, Latuharhari, Abikusno, Anwar Tj, Harsono Tj, Otto I.D, KH.Dewantara, Sam Ratulangi, K.RMas Mansur, Sartono, Tabrani, A.G.Pringggodigdo, dan lain lain. Pelaku pelaku atau pemeran pemeran tersebut telah melakukan aktivitas aktivitas dalam kaitannya dengan proklamasi 17 Agustus 1945, seperti: Perundingan, perdebatan, kesepakatan, diskusi, kerjasama, gerakan, penculikan, penyusunan dan pengetikan naskah, pembacaan naskah pidato, pengibaran bendera, pengumuman penyebaran naskah, d1l. 2. Unsur ruang. Yaitu tempat penting yang berhubungan dengan petistiwa proklamasi 17 Agustus 1945 seperti : Rumah Maeda, Menteng 31, Rengasdengklok, Kedunggede, Pegangsaan Timur 56, Lapangan Ikada, d1l. 3. Unsur waktu. Yaitu saat, moment moment penting yang berhubungan dengan peristiwa proklamasi 17 Agrustus 1945 baik dalam bentuk detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan, tahun, dsb.nya. Ketiga unsur tersebut diatas yang dirangkum dan direkonstruksi menjadi satu kesatuan terpadu menjadi ceritera sejarah. D3n dari bahan coritera sejarah itulah denpn menggmukati prosedure claft metodologi sciarak disusun ilmu yaitu sejarah sekitar peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 yang sangat terkenal. Ilmu sejarah hanya mempresentasikan kejadian kejadian penting masa lampau yang bersifat faktual. Ilmu sejarah hanya mampu menjawab pertanyaan pertanyaan elementer, yaitu pertanyaan pertanyaan : apa dan siapa dimana kapan, bilamana Seperti yang telah dijelaskas oleh Voltaire, Sejarah hanya melaporkan proses mata rantai perubaban kehidupan manusia masa lampau. Tetapi ilmu sejarah tidak mampu memandang proses perubahan yang spesifik dan dinamis secara hakiki. Ilmu Sejarah tidak mampu menganalisis kekuatan yang menggerakkan kehidupan manusia sehingga dapat membuat perubahan dan tidak mampu menggambarkan struktur perubahan tersebut. Menurut Voltaire hal hal yang tidak dapat dipahami dan dianalis oleh i1mu sejarah tersebut justru menjadi urusan Filsafat sejarah. Dalam kaitannya, dengan peristiwa sekitar proklamasi 17 Agustus 1945, hal hal yang tak dapat dipresentasikan oleh Ilmu sejarah, dan justru merupakan ruang lingkup pembahasan Filsafat sejarah antara lain adalah 1. Kekuatan apa yang menggerakan proklamasi yang terjadi di kota Jakarta. Apakah petistiwa proklamasi, tersebut murni bersumber pada manusia-¬manusia pemerannya, atau. ada kekuatan di luar manusia yang ikut menentukannya. 2. Peristiwa, proklamasi yang merupakan peristiwa formal kelahiran bangsa Indonesia apakah merupakan sesuatu yang terjadi secara kebetulan, atau merupakan suatu pandangan kejadian dalam lingkar waktu (siklus) yang terjadi secara langgeng (konsisten). Dan apakah konsistanitas (kelanggengan) tersebut menimpa kehidupan bangsa bangsa yang hidup didunia yang mengalami proses lahir, tumbuh, berkembang, menurun dan kemudian runtuh seperti pada sejumlah bangsa bangsa Mesir kuno, Yunani kuno, Parsi, Romawi, d1l. 3. Apakah peristiwa proklamasi dan peristiwa peristiwa penting lainnya terikat oleh apa yang disebut hukum sejarah. Dan apabila hukum sejarah tersebut benar-benar ada, apakah hakekat hukum sejarah tersebut, bagaimana bentuknya, serta apa tujuannya. Ketiga hal yang dipertanyakan diatas merupakan masalah masalah yang bersifat metaphisis dan ir rasional, yang tidak mampu dijangkau oleh abilitas dan aktivitas akal. Dan justru menjadi bahan pengkajian dan pembahasan Filsafat Sejarah. Filsafat sejarah tidak hanya mendekati obyek pumbahasannya dengan menggunakan akal semata mata, tetapi dengan menggunakan totalitas kemampuan rokhani yang lain seperti immaginasi, fantasi, fiksi, naluri, prediksi assumsi dan lain lainnya. Tentang masalah masalah yang menjadi obyek pembahasan filsafat sejarah diantara para pakar filsafat sajarah terdapat variabilitas perbedaan, walau perbedaan itu seringkali tidak bersifat prinsip. Menurut Prof. Dr.D.C.Mulder, pakar filsafat sejarah Belanda yang pernah menjadi guru besar tamu pada Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Gajah Mada (Tahun 1960 19631) filsafat sejarah membahas problem problem sebagai berikut : 1. Apa hakekat sejarah itu. 2. Makna sejarah, yang meliputi arti sejarah, tujuan sejarah dan fungsi sejarah. 3. Hakekat ilmu sejarak yang meliputi : cara dan alat mencapai kebenaran sejarah, syarat syarat ilmu sejarah, perbedaan sejarah ilmu sejarah dan filsafat sejarah. 4. Sejarah dari filsafat sejarah. Para pakar filsafat sejarah, secara umum membagi filsafat sejarah menjadi dua bagian, yaitu : Filsafat sejarah kritik. Filsafat sejarah spekulatif. Pendapat para pakar tentang kedua bagian filsafat tersebut juga berbeda, dan bahkan sering membingungkan. kita. Penjelasan yang agak sistimatis dan mudah diikuti adalah yang diberikan oleh F.R.Ankersmit. Menurut F.R.Ankersmit, filsafat sejarah kritis adalah bagian dari filsafat sejarah dimana penalaran atau logika masih berperan secara dominan. Filsafat sejarah kritis yang kadang kadang juga disebut filsafat sejarah analitis membahas problem problem sejarah seperti yang dikemukakan oleh D.C.Mulder tersebut diatas. Sedangkan filsafat sejarah spekulatif, secara khusus membahas struktur dalam yang terkandung dalam proses sejarah yang lazim disebut “gerak sejarah”.Yang dimaksud dengan gerak sejarah ialah proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses proses perubahan yang dapat berbentuk naik turun, maju mundur, pasang surut atau timbul tenggelam itu tidak dapat dijelaskan dan dipahami dengan mempergunakan akal tetapi merupakan phenomena yang didasarkan pada immaginasi, intuisi, naluri, fiksi, fantasi, prediksi, dan aspek aspek psikhologis lainnya yang bersifat spekulatif dan irrasional. Menurut F.R.Ankersmit ada tiga macam permasalahan yang dibicarakan berkenaan dengan gerak sejarah, yang menjadi pembahasan sejarah spekulatif: 1. Asal usul atau sumber gerak sejarah: Apakah gerak sejarah berasal dari manusia sendiri atau ada kekuatan atas alami (superal natural) yang ikut menentukan atau mempengaruhi gerak ¬sejarah. 2. Pola atau irama gerak sejarah. Apakah gerak sejarah merupakan suatu siklus atau perulangan yang tetap dan terus menerus terjadi sepanjang kehidupan manusia. Atau merupakan suatu pola yang hanya sekali terjadi dan tak pernah berulang kembali 3. Sasaran atau tujuan gerak sejarah. Apakah gerak sejarah terjadi untak mencapai tujuan tertentu atau berlangsung tanpa tujuan. Tentang istilah Teori Sejarah serta kaitannya dengan pengertian Filsafat Sejarah ada sedikit kerancuan. Di beberapa negara dan oleh sejumlah pakar kata Teori Sejarah dan Filsafat Sejarah dipakai dalam pengertian yang mana. Artinya, Teori Sejarah dan Filsafat Sejarah dianggap memiliki pengertian yang identik. Sedangkan sejumlah pakar berpendapat bahwa Teori Sejarah mempunyai pengertian. yang identik dengan Filsafat Sejarah kritik .Filsafat sejarah kritik atau Filsafat sejarah Analisis setelah dikembangkan, Menjadi Teori Sejarah. Sedangkan Filsafat Sejarah Spekulatif yang menjadi materi pokok Filsafat Sejarah juga sering diberi predikat Filsafal Sejarah Murni (Pure Philosophy of History). Pembahasan mengenai masalah masalah gerak sejarah (juga sering disebut jalannya sejarah), mengakibatkan lahirnya atau timbulnya berbagai konsep pemikiran atau teori yaitu teori atau aliran faham Filsafat sejarah. Pertemuan XI, XII & XIII Aliran Faham Teori Filsafat Sejarah Filsafat Sejarah Spekulatif yang mempermasalahkan gerak sejarah atau jalannya sejarah dianggap isi atau materi murni Filsafat Sejarah (pure Phflosophy of History). Oleh karena itu ada anggapan bahwa teori Filsafat Sejarah Spekulatif atau teori tentang gerak sejarah, mutatis mutandis merupakan teori Filsafat Sejarah. Tiga macam teori atau aliran faham gerak sejarah dapat dijelaskan sbb. A. Teori tentang sumber atau asal usul gerak sejarah. Teori ini pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga aliran. 1. Teori atau faham yang meyakini bahwa eksistensi dan peranan manusia ditentukan oleh manusia sendiri yaitu oleh totalitas kemampuan pisik dan kemampuan psikhis terutama akal, penalaran atau rasionya. Tidak ada kekekuatan di luar manusia (supernatural) yang ikut mempengaruhi apalagi menentukan manusia dalam menentukan sejarahnya. Teori atau aliran faham ini disebut dengan bermacam-macam istilah seperti : -otonomisme (otonom = mengurus sendiri) independenisme (independen bebas) indeterminisme (indetermen tidak tergantung) – internalisme (internal = bagian dari dalam). Tokoh tokoh aliran. atau teori ini diantaranya adalah Frederich Hegel yang terkenal dengan teori dialektikanya, dan Karl. Marx yang terkenal dengan faham historis materialismenya. 2. Teori atau faham yang berpendapat bahwa gerak sejarah atau proses jalannya sejarah manusia ditentukan seluruhnya yang sepenuhnya oleh super natural atau kekuatan yang berada, diluar/diatas manusia. Kekuatan supernatural yang mengatur, menentukan, menetapkan manusia , dalam menjalani sejarahnya tersebut dimanifestasikan dan diberi predikat/sebutan bermacam macam seperti Tuhan, Allah swt., Dewa, kekuatan gaib, serta roh atau roh leluhur, kodrad, takdir, nasib, fatum, darma, hukum alam, pepesthen (bhs.Jawa), dll. Faham atau teori ini dari madzab yang ekstrim bahkan berkeyakinan bahwa semua kejadian dan fenomena kehidupan mulai dari yang besar seperti proses perputaran bumi sampai yang kecil seperti peristiwa jatuhnya sehelai daun dari tangkainya merupakan perwujudan dari kekuatan supernatural. Eksistensi dan perilaku manusia secara kolektif maupun individual juga karena hal yang sama. Teori atau faham yang bertolak belakang dengan teori yang pertama juga diberi sebutan yang berbalikan yang teori atau airan faham yang pertama tersebut. Nama nama yang diberikan teori ini adalah heteronomisme (heterrom tidak mengurus sendiri). dependenisme (dependent = tidak bebas) diterminisme (diterminent tergantung) eksternalisme (eksternal = luar, dari luar) Tokoh tokoh teori atau aliran faham ini antara lain Herodotus, Thuchidides, Santo Agustinus. 3. Teori atau aliran faham yang merupakan perpaduan antara dua teori yang terdahulu yaitu otonormisme dan heteronomisme. Menurut teori atau aliran faham yang ketiga gerak sejarah atau proses jalannya, sejarah merupakan hasil perpaduan dua hal yaitu manusia dan supernatural. Manusia sebagai mahkluk berpenalaran (animal rasional) memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup. Manusia merupakan mahkluk yang mampu membuat perubahan dan kemajuan (change and development). Sehingga manusia. merupakan mahkluk pembuat sejarah (zoon historicon). Tetapi kemampuan manusia, dalam menentukan sejarahnya, tidak bersifat mutlak. Kebebasan dan kemampuan manusia bersifat terbatas. Keterbatasan manusia itu baik yang bersifat melekat secara phisik maupun psikhis merupakan perwujudan dari supernatural (Tuhan, Dewa, kekuatan gaib, nasib, darma). Dengan demikian, sejarah merupakan hasil dari upaya dan perjuangan manusia dengan kekuatan supernatural yang membatasinya. Teori atau faham ini disebut : Konvergenisme. (convergent memusat, bertemu pada satu titik pusat). Tokoh, terkenal dari aliran faham ini adalah Ibnu Khaldun. B. Teori tentang pola atau irama gerak sejarah. Ada beberapa teori tentang irama atau pola, gerak sejarah yang perlu dijelaskan untuk memperluas wawasan kita tentang Filsafat sejarah, khususnya Filsafat sejarah spekulatif Teori Oswald Spengler (1880 1936) Teori tentang pola/irama gerak sejarah O.Spengler dimuat dalam karya besarnya yang sangat terkenal : Der Untergang des Abenlandes (Decline of The West : Keturunan Dunia Barat). Dengan mempergunakan hukum Schicksalnya itu, Oswald Spengler dalam buku karyanya : Der Untergang Des Abenlandes meramalkan bahwa bangsa bangsa Eropa yang telah mencapai puncak kejayaannya sedang mengalami masa masa penurunan dan kemerosotan, dan pada suatu saat pasti akan mengalami keruntuhan. Arnold J. Toynbee (1889-1960) Arnold J. Toynbee adalah seorang maestro (pakar besar) sejarah yang mendapat julukan Bapak Sejarah Abad ke-20. Karya besar (master piece) nya yang sangat terkenal adalah A Study of History (=Kajian Sejarah) yang terdiri dari sepuluh jilid tebal. Dalam buku karanya yang terkenal itulah teorinya tentang Gerak Sejarah dimuat. Menurut A.J. Toynbee, manusia adalah mahkluk sejarah (makhluk pembuat sejarah) karena manusia adalah makhluk budaya (makhluk pembuat kebudayaan).Oleh karena itu gerak sejarah pada dasarnya sama dengan gerak perkembangan kebudayaan. Menurut AJ. Toynbee pula, kebudayaan tumbuh dan berkembang akibat proses Tantangan dan Jawaban = (Challenge And Response). Alam sekitar kehidupan adalah tantangan. Sedang seluruh aktivitas manusia dalam menghadapi, mangantisipasi dan menjawab, tantangan itu adalah jawaban. Kebudaaan adalah manifbstasi dan refleksi dari proses Tantangan dan Jawaban. Gerak sejarah yang identik dengan gerak kebudayaan berlangsung melalui tingkatan tingkatan atau tahapan tahapan tertentu, yaitu : Genesis of Civilizations (lahirnya kebudayaan) Growth of Civilizations (perkembangan kebudayaan) Decline of Civilizations (keruntuhan kebudayaan) Tahapan yang terakhir (Decline of Civilizations) berlangsung melalui tiga sub –tahapan : break down of civilizations (kemerosotan kebudayaan) disentegration of civilizations (kehancuran kebudayaan) dissolution of civilizations (lenyapnya kebudayaan). Tiap tiap tahapan dan sub tahapan itu berlangsung dalam kurun waktu yang relatif dan lama, ratusan bahkan sampai ribuan tahun. Menurut Oxwald Spengler gerak sejarah dapat diidentikkan dengan pengertian kebudayaan peradaban, inklusif kebudayaan peradaban yang hidup dan dimiliki oleh suatu bangsa atau. bangsa bangsa (kelompokk bangsa). Perkembangan kebudayaan peradaban terikat oleh apa yang disebut : Schicksal. Schicksal atau Hukum Alam (= kodrat, nasib, takdir, fatum) menguasai dan berlaku pada. seluruh cosmos (alam kehidupan) baik macro cosmos (alam besar, alam semesta.) dan micro cosmos (alam kecil) yaitu unsur unsur macro cosmos, termasuk : flora, fauna, gejala alam. (musim, waktu, d1l) serta manusia dan kebudayaannya. Schicksal atau hukum alam itu merupakan siklus (perulingan kejadian atau gejala) yang berlangsung secara konsisten atau langgeng. Schicksal tersebut berlakunya melalui proses pekembangan sbb. a. Flora & Fauna lahir tumbuh, berkembang menurun, menua mati b. Hari pagi siang sore, petang malam c. Musim semi panas rontok gugur, dingin d. Manusia. Bangsa lahir, kanak remaja, dewasa tua mati e. Kebudayaan lahir tumbuh, berkembang jaya runtuh, lenyap 3. Irama gerak sejarah menurut Pitirin Sorokin. Pitirin Sorokin orang Rusia yang pada, tahun 1917 migrasi ke Amerika dan kemudian menjadi warga Amerika Serikat. Ia seorang pakar sosiologi sejarah yang telah banyak menghasilkan karya karya i1miah. Dalam karya karyanya itulah Pitirin Sorokin menjelaskan tentang teori dan konsep pemikirannya tentang irama gerak sejarah. Menurut P. Sorokin gerak sejarah berlangsung menyerupai fluktuasi (ayunan) dalam bentuk : naik turun, pasang surut dan timbul tenggelam. Fluktuasi itu terjadi karena. percampuran antara dua gerak atau dua tipe kebudayaan yaitu : kebudayaan yang bercorak kerokhanian/keagamaan (ideational culture). Kebudayaan yang bercorak kebendaan atau materi (sensate culture). Mula mula kebudayaan bercorak salah satu diantaranya, misalnya bercorak kerokhanian. kemudian timbul unsur unsur kebudayaan kebendaan, sehingga terjadilah pembauran dua corak kebudayaaa yang kontraversial tersebut sehingga terbentuk kebudayaan terpadu yang ideal (idealistic cultural). Lama¬ kelamaan kebudayaan baru yang ideal ini berkembang menjadi kebudayaan kebendaan. Berulang, akan timbul lagi unsur unsur kebudayaan kontraversial yaitu kebudayaan kerokhanian yang sekali lagi mengakibatkan pembauran, atau keterpaduan diantaranya sehingga lahir kebudayaan ideal. Dan kebudayaan ideal yang baru ini akan berkembang menjadi kebudayaan kerokhanian. Menurut Pitirin Sorokin gerak sejarah merupakan proges pergantian dua corak kebudayaan yang berbeda. dengan kebudavaiin transisi atau k ebu(In aan masa peralihan yang bercorak idealistik. Apakah teori Pitirin Sotokin ini diilhami Dialektika Hegel ? Sebagai illustrasi Pitirin Sorokin menjelaskan perkembangan kebudayaan Eropa, yang bekembang dalam tahapan tahapan sbb. kebudayaan Yunani kuno (bercorak kerokhanian) kebudayaan Romawi (bercorak kebendaan) kebudayaan Scholastik (bercorak kerokhanian) – kebudayaan Renaissance (bercorak kebendaan). Diantara Era era kebudayaan tersebut terdapat masa kebudayaan transisional (peralihan) yang bercorak ideal (dialistik). C. Ketiga Teori tujuan gerak Sejarah, yaitu teori jenis jenis gerak sejarah berdasarkan tujuannya. Berdasarkan arah dan tujuannya, teori gerak sejarali dapat digolongkan menjadi empat macam. 1. Gerak sejarah sebagai pelaksanaan kodrad dan kehendak Tuhan. Dengan demikian tujuan gerak sejarah adalah untuk mencari kesempurnaan abadi bagi kehidupan terakhir manusia, yaitu kehidupan pasca dunia (kehidupan akhirat). Hal ini seperti dikemukakan oleh Santa Thomas dalam karyanya : Civitas Dei. Menurut Santa Thomas tujuan gerak Sejarah memberi kesempatan kepada manusia, untuk mencapai kerajaan Tuhan di akhirat nanti. Sedang kehidupan dunia dengan gerak sejarahnya hanya merupakan alat atau perantara yang bersifat sementara saja. 2. Tujuan gerak sejarah adalah untuk mencapai tujuan keduniawian dan tujuan akherat. Oleh karena itu gerak sejarah merupakan keseimbangan antara hasil usaha atau aktivitas manusia dengan kodrad dan perwujudan hukum dan kehendak Tuhan. Gerak sejarah merupakan perpaduan antara perubahan hasil perjuangan manusia dalam usaha memperoleh kepuasan dan kesejahteraan materi atau duniawi, dan kodrad dan iradat Tuhan yang membatasi kebebasan manusia. Teori ini dikemukakan oleh Ibnu Khaldun dalam karya besarnya yang sangat terkenal Al Muqaddimah. 3. Tujuan gerak sejarah sepenuhnya berorientasi pada tujuan dan urusan duniawi. Gerak sejarah timbul karena aktivitas dan perjuangan manusia untuk¬ mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan hidupnya. Oleh karena itu gerak sejarah seringkali memanifestasikan diri dalam berbagai konflik atau pertentangan antar manusia dan antar golongan manusia. Gerak sejarah juga dapat berwujud perlombaan dan persaingan yang dianggap sebagai salah satu sumber perubahan dan kemajuan. Teori ini antara lain dikemukakan oleh F. Hegel dan Karl Marx serta sejumlah tokoh dan pakar pada masa pasca, renaissance di Eropa. 4. Teori yang menyatakan bahwa gerak sejarah terjadi dan berlangsung tanpa arah tujuan. Gerak sejarah merupakan proses perubahan dan proses kemajuan yang bertangsung secara alami dan secara kodrati tanpa dapat diketahui dan dipahami apa sebenarnya dan apa tujuannya. Teori ini dikemukakan oleh sejararawan sejarawan Yunani kuno seperti Herodotus dan Thucidides dengan faharn fatumnya serta oleh sejarawan modern seperti Oswald Spengler. Perlu dijelaskan bahwa pembahasan dan uraian tentang gerak sejarah yang disajikan diatas, merupakan uraian secara garis besar dan dipresentasikan dalam bentuk yang sederhana, elementer dan mudah difahami. Bagi para peminat yang ingin memahaminya secara lebih sempurna dan mendalam disarankan untuk membaca referensi yang lebih lengkap dan mendalam. Pertemuan XIV UAS KEPUSTAKAAN Anskersmit F.R. (1987), Refleksi Tentang Sejarah, (terj.) Dick Hartoko, Jakarta : PT.Gramedia. Carr EH. (1967), What is History, London: Pinguin Book LTD. Collingwood RG (1980), The Idea of History, London: Oxford University Press. Harry Hamersma (1981), Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Jakarta: Kanisius. Hughes, Stuart H., (1964), History as Art and as Science, London: Harper & Row. Kuntowijoyo, (1995), Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya. Meulen SJ van Der (1987), Ilmu Filsafat dan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius. Meyerhoff, Hans, (1959), The Philosophy of History in Our Time, New York: Doubleday Anchor Books. Moh. Ali, (1960), Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, Jakarta: Bhratara. Sartono Kartodirdjo, (1990), Ungkapan-Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur, Jakarta: Gramedia. Sidi Gazalba (1981), Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta: Bhratara Karya.

AKHIR ZAMAN

Puji Syukur atas hadirat Tuhan Yesus untuk kita sekalian,

Ingatlah selalu, kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya,

Tidak ada seorang pun atau seorang nabi n malaikat yang tahu,

Hanya Tuhan Yesus dan Allah Bapa yang mengetahui akan datangnya kedua kalinya,

Kedatangan untuk menghakimi seluruh Umat Manusia di Bumi,

Ia datang seperty orang pencuri di malam hari, di saat semuanya tertidur pulas,

Oleh karena Itu selalu berjaga-jagalah, Karena tiada seorangpun yang mengetahui kedatangan-KU,

“Matius 24 : 37-44, Yudas 1: 17-23”

TUHAN YESUS MEMBERKATI.

Dilihat dari kehidupan apa yang ada saat ini,

Ingatlah, n sadarlah selalu,,

Saat Ini hari kedatangan Tuhan semakin dekat,

Hari di akhir Zaman yang akan d datangi ANTI CHRIST,

Anti Christ seorang sosok yang ingin menjadikan dunia menjadi 1 kepemimpinan,

Yang dimana dia akan memerintah seorang pemimpin Tunggal,

Datang seperti sosok pahlawan di atas kekacauan Dunia ,

Dunia yang sangat Kacau,

Penuh dengan peperangan,

Hidup penuh Duniawi,

Firman Tuhan Hnya di buat sambil lalu, tanpa adanya perbuatan apa yang telah di Firmankan Tuhan kepada Umat-NYA,

Kehidupan yang penuh dgn kesibukan, kesibukan yang akan melalaikan Firman Tuhan,

Pergaulan Bebas,

Jalan Instan dengan menyerahkan diri kepada Iblis,

Dan masih banyak lagi dengan apa yang kita lihat di sekitar kita,

Dia ( Anti Christ ) yang akan datang seperti seorang Pahlawan dan dapat mempersatukan seluruh orang yang dalam peperangan tersebut di muka Bumi ini.

Dengan segala kesombongan Dia memerintahkan dengan sewenang-wenang, dia Duduk dan akan melawan Allah, duduk di atas Bait Suci tertinggi dan menentang Allah,

Ingin menjadikan dirinya seperti Allah ( Tuhan Yesus ),

Akan tetapi Tuhan Yesus datang dengan penuh kemenangan,

DIA datang bersama Malaikat-malaikat-NYA untuk mengalahkan orang tersebut,

Dan akan memerintahkan kerajaan 1000 tahun.

Percayalah, pertebalkan kekuatan Iman n perbuatan kita penuh dengan kasih.

Ingatlah selalu di firmankan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama,

Dari Lahir, DIA sudah di tolak, akan tetapi akan cinta kasih ALLAH BAPA akan Dunia ini, memberikan Hikmat yang di mana untuk menebus dosa Manusia,

Yaitu dengan Darah Yesus,

SETAN telah dikalahkan, dan itu bagian dari masa Setan, yang di mana akan datang kembali untuk memberikan pencobaan diKehidupan ini, dan pada Akhirnya akan memerintah Dunia selama 3,5 tahun dan tetap dikalahkan Yesus untuk selama-lamanya.

Manakah yang kalian pilih???

Ikut bersama Kristus dan memikul Salib-NYA, apaikut dengan kekuasaan Setan yang penuh dengan Duniawi?

Tuhan Yesus memberkati kita.

Hanya sembah n slalu memuliakan nama Tuhan Yesuslah jalan kebenaran, n jalan menuju kekelan. Sebab telah tertulis di dalam Yohanes 14 : 7 “Akulah Jalan kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Tinggalkan yang Fana, hiduplah selalu dalam Cinta Kasih Tuhan Yesus slalu n berani n ikut memikul Salib-NYA,

Kerajaan Allah Sudah dekat.

Aku berserah,

Mohon ampun selalu,

Apa yang slama ne aku perbuat di dunia, masih banyak n melakukan kefanaan,

Menuruti kedagingan,

N sekarng Tuhan Yesus telah menyadarkanku,

Hidup tidak untuk daging,

Aku meyakini engkau Ya Tuhan,

Jadikanlah sperty apa yg Engkau ingini dalam Hidup Hamba.

Gambar