SEJARAH LOKAL : Sejarah Tuban Dan Sisi Lain Pemberontakan Ronggolawe

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang

Dewasa ini penulisan sejarah lokal sudah mulai jarang diperhatikan.Padahal sejarah lokal kaya akan data-data sejarah.

Kita sebagai generasi penerus bangsa,harus bisa menggali sumber-sumber sejarah dari sejarah di daerah kita masing-masing.

Penulisan makalah “Sejarah Tuban Dan Sisi Lain Pemberontakan Ronggolawe” ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi para pembacanya mengenai sejarah lokal.

1.2              Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang kami jabarkan diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah guna menunjang isi makalah ini, antara lain :

  1. Bagaimana asal usul nama “Tuban”?
  2. Apa saja sumber sejarah kota Tuban?
  3. Bagaimana sejarah perjalanan Ronggolawe sebagai Bupati Tuban?
  4. Apa peran awal Ronggolawe bagi kerajaan Majapahit?
  5. Apa jabatan Ronggolawe di kerajaan Majapahit?
  6. Bagaimana silsilah Ronggolawe?
  7. Bagaimana kisah pemberontakan sang Ronggolawe?

1.3              Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan sebagai berikut :

  1. Untuk menjelaskan asal usul nama kota “Tuban”
  2. Untuk menjelaskan sumber sejarah kota Tuban
  3. Untuk mengetahui sejarah perjalanan Ronggolawe sebagai Bupati Tuban
  4. Menjelaskan peran awal Ronggolawe bagi kerajaan Majapahit
  5. Menjelaskan jabatan Ronggolawe di kerajaan Majapahit
  6. Menjelaskan silsilah Ronggolawe
  7. Menjelaskan kisah pemberontakan sang Ronggolawe

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata ‘Tubo’ atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.

Asal-usul Tuban

Dinamakan Tuban,dulunya tuban bernama Kambang Putih sudah ada sejak abad ke 11 sampai 15 dalam berita-berita para penulis cina(pada jaman dinasti Shong selatan 1127-1279 dan dinasti Yuan (Mongol)1271-1368 smpai jaman dinasti Ming th 1368-1644).

Tuban disebut sebagai salah satu kota pelabuhan utama di pantai utara jawa yang kaya dan banyak penduuk TiongHoanya.orang cina menyebut tuban dengan nama Duban atau nama lainnya adalah Chumin.pasukan cina-mongolia(tentara Tar-tar)yang pada tahun 1292 datang menyerang jawa bagian timur(kejadian yang menyebabakan berdirinya kerajaan majapahit)mendarat di pantai Tuban.dari sana pulalah sisa-sisa tentaranya kemudian meninggalkan P.jawa untuk kembali ke negaranya tapi sejak abad ke 15 dan 16 kapal-kapal dagang yang berukuran sedang saja sudah terpaksa membuang sau di laut yang cukup jauh dari garis pantai.sesudah abad ke 16 itu memang pantai tuban menjadi angkal oleh endapan lumpur.keadaan geografis semacam ini membuat kota tuban dalam perjalanan sjarah selanjutnya sudah tidak menjadi kota pelabuhan yang penting lagi.

Sumber sejarah

  • Buku “babad Tuban” yang ditulis Tan Khoen Swie(1936)
  • Soeparmo(1983),tujuh ratus tahun Tuban
  • Buku hari jadi tuban(1987),pemerintah kabupaten daerah tingkat II Tuban
  • Laporan Ma huan yanh mengiringi Ceng ho dalam pelayaran ke 3(1413-1415)mencatat bahwa kalau orang cina pergi ke jawa kapal-kapal lebih dulu sampai ke Tuban.

Tuban Tempo Doeloe

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.Berikut sejarah perjalanan Ronggolawe sebagai salah satu Bupati yang memiliki jasa besar bagi kota Tuban sekaligus sebagai pemberontak kerajaan Majapahit yang pertama kali.

Sejarah perjalanan Ronggolawe sebagai Bupati Tuban

Ranggalawe (lahir:… ? – wafat: 1295) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban, Jawa Timur sampai saat ini.

Peran Awal

Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat.

Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Konon, nama Ranggalawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya. Lawe merupakan sinonim dari Wenang, yang berarti “benang”, atau dapat juga bermakna “kekuasaan”. Maksudnya ialah, Ranggalawe diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut.

Selain itu, Ranggalawe juga menyediakan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kadiri.

Penyerangan terhadap ibu kota Kadiri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.

Jabatan di Majapahit

Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.

Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.

Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit.

Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara.

Silsilah Ronggolawe

Kidung Ranggalawe dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Ranggalawe memiliki dua orang istri bernama Martaraga dan Tirtawati. Mertuanya adalah gurunya sendiri, bernama Ki Ajar Pelandongan. Dari Martaraga lahir seorang putra bernama Kuda Anjampiani. Kedua naskah di atas menyebut ayah Ranggalawe adalah Arya Wiraraja. Sementara itu, Pararaton menyebut Arya Wiraraja adalah ayah Nambi. Kidung Harsawijaya juga menyebutkan kalau putra Wiraraja yang dikirim untuk membantu pembukaan Hutan Tarik adalah Nambi, sedangkan Ranggalawe adalah perwira Kerajaan Singhasari yang kemudian menjadi patih pertama Majapahit. Uraian Kidung Harsawijaya terbukti salah karena berdasarkan prasasti Sukamreta tahun 1296 diketahui nama patih pertama Majapahit adalah Nambi, bukan Ranggalawe. Nama ayah Nambi menurut Kidung Sorandaka adalah Pranaraja. Sejarawan Dr. Brandes menganggap Pranaraja dan Wiraraja adalah orang yang sama. Namun, menurut Slamet Muljana keduanya sama-sama disebut dalam prasasti Kudadu sebagai dua orang tokoh yang berbeda. Menurut Slamet Muljana, Nambi adalah putra Pranaraja, sedangkan Ranggalawe adalah putra Wiraraja. Hal ini ditandai dengan kemunculan nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara dalam prasasti Kudadu, dan keduanya sama-sama menghilang dalam prasasti Sukamreta.

Kisah Pemberontakan Sang Ronggolawe

Pararaton menyebut pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Menurut naskah ini, pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta. Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309. Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309, bukan 1295. Seolah-olah pengarang Pararaton melakukan kesalahan dalam penyebutan angka tahun. Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau “raja muda” di istana Daha.

Selain itu Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara. Fakta lain menunjukkan, nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara sama-sama terdapat dalam prasasti Kudadu tahun 1294, namun kemudian keduanya sama-sama tidak terdapat lagi dalam prasasti Sukamreta tahun 1296. Ini pertanda bahwa Arya Adikara alias Ranggalawe kemungkinan besar memang meninggal pada tahun 1295, sedangkan Arya Wiraraja diduga mengundurkan diri dari pemerintahan setelah kematian anaknya itu. Jadi, kematian Ranggalawe terjadi pada tahun 1295 bertepatan dengan pengangkatan Jayanagara putra Raden Wijaya sebagai raja muda.

 

Dalam hal ini pengarang Pararaton tidak melakukan kesalahan dalam menyebut tahun, hanya saja salah menempatkan pembahasan peristiwa tersebut. Sementara itu Nagarakretagama yang dalam banyak hal memiliki data lebih akurat dibanding Pararaton sama sekali tidak membahas pemberontakan Ranggalawe. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah ini merupakan sastra pujian sehingga penulisnya, yaitu Mpu Prapanca merasa tidak perlu menceritakan pemberontakan seorang pahlawan yang dianggapnya sebagai aib.Pertempuran Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahit karena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe. Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi. Ranggalawe yang bersifat pemberani dan emosional suatu hari menghadap Raden Wijaya di ibu kota dan langsung menuntut agar kedudukan Nambi digantikan Sora. Namun Sora sama sekali tidak menyetujui hal itu dan tetap mendukung Nambi sebagai patih. Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe membuat kekacauan di halaman istana. Sora keluar menasihati Ranggalawe, yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada raja. Namun Ranggalawe memilih pulang ke Tuban. Mahapati yang licik ganti menghasut Nambi dengan melaporkan bahwa Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan di Tuban. Maka atas izin raja, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menghukum Ranggalawe. Mendengar datangnya serangan, Ranggalawe segera menyiapkan pasukannya. Ia menghadang pasukan Majapahit di dekat Sungai Tambak Beras. Perang pun terjadi di sana. Ranggalawe bertanding melawan Kebo Anabrang di dalam sungai. Kebo Anabrang yang pandai berenang akhirnya berhasil membunuh Ranggalawe secara kejam.

Begitulah akhir kisah dari Ronggolawe.Beliau meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan Majapahit.Namun nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban, Jawa Timur sampai saat ini.

Peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Tuban

  • Makam sunan Bonang

Makam aslinya berada di desa Bonang.namun yang sering di ziarahi adalah makamnya di kota Tuban.

  • Museum Kambang putih

 

 

BAB III

 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Kota Tuban memiliki asal usul dalam banyak versi. Pemerintahan Kabupaten Tuban sudah ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit dengan Bupati pertamanya yakni Raden Dandang Wacana. Pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.

Menurut Pararaton,Pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta. Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanegara terjadi pada tahun 1309. Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309, bukan 1295.

Ronggolawe diangkat sebagai Bupati Tuban karena jasa-jasanya yang besar terhadap Majapahit.Namun beliau menjadi pemberontak pertama Majapahit.Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.Dan Ronggolawe akhirnya berperang dengan pasukan Majapahit dan terbunuh oleh Kebo Anabrang. Begitulah akhir kisah dari Ronggolawe.Beliau meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan Majapahit.Namun nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban, Jawa Timur sampai saat ini.

 

3.2 SARAN

Berdasarkan makalah diatas ada dua pandangan mengenai Ronggolawe sebagai Bupati Tuban.Dari sudut pandang Majapahit,Ronggolawe dikatakan sebagai pemberontak.sedangakan dari sudut pandang masyarakat Tuban,Ronggolawe dikatakan sebagai pahlawan.Mengenai dua sudut pandang yang berbeda tersebut,kita sebagai golongan intelektual harus bisa mengkaji secara benar.Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Tinggalkan komentar